Maya Stolastika Boleng, barangkali seperti lulusan Sastra Inggris lainnya yang punya kesempatan sama mempunyai karir bagus di perkotaan. Menikmati ruangan berAC, bukannya berpanas-panasan di kebun. Tapi semua kesempatan tersebut ditukarnya dengan cita-cita yang membuat banyak orang geleng-geleng kepala; menjadi petani.
Saya beruntung banget bisa mendengar perjuangan mbak Maya —begitu saya menyapanya— saat menghidupkan lahan tidur di desa Claket, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, melalui kesempatan Instagram LIVE, diluar informasi media A-Z yang juga lagi ramai memberitakan. Semangatnya menembus dimensi ruang!

Tentu saja, pertanyaan paling atas yang saya tanyakan kepada penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2019 by Astra itu adalah tentang alasannya gigih menjadi petani, padahal latar pendidikannya tidak support. Usut punya usut, ternyata keinginan tersebut datang pasca kunjungan UKM Yoga yang diikutinya semasa kuliah ke Bali. Salah satu destinasinya adalah kebun organik. Saya pernah mendengar kesamaan tujuan yoga dan bertani organik. Petani organik percaya bahwa bertani bukan sekedar menikmati hasil panen. Tapi juga mengembalikan apa yang menjadi milik bumi, sehingga tercipta keseimbangan yang menghasilkan ketenangan batin. Ya, begitulah Tuhan menyiapkan kejutan untuk mbak Maya. Ternyata, kunjungan mbak Maya ke kebun organik tersebut membuatnya jatuh hati pada pertanian organik.
“Bertani tidak hanya bicara menanam, rawat dan panen. Tidak. Tetapi filosofi bertani dengan cara organik ini membuat kita bisa merenung bahwa kita ini lahir apakah sudah memberikan manfaat pada sekitar, atau justru memberikan kerusakan. Baik sisi kehidupan manusia dan lingkungan”
Maya Stolastika Boleng
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk menimbang tantangan peluang, tahun 2008, ia dan beberapa rekannya mantap melangkah menjadi petani organik dengan cara sewa lahan selama satu tahun dengan modal dari jualan pulsa dan makanan ringan di kampus. Bagaimana dengan ilmu pertaniannya? Tentu saja semua itu dipelajarinya secara otodidak. Hasilnya? GAGAL TOTAL untuk tahun pertama. Hehe. Lucu sekali mendengar mbak Maya mengenang masa-masa perjuangan. Seperti saya juga ikut berada di dimensi waktu tersebut.
Tapi ia tidak begitu saja menyerah. Justru semakin gas pol, belajar dari kesalahan, dan terus mengupgrade pengetahuannya di bidang pertanian organik. Bagian sedihnya disini. Saat ia tengah berada di puncak gairah mengembangkan bisnis pertanian organiknya, tahun 2009 satu per satu kawannya mundur. Tinggal mbak Maya dan 1 orang saja. Menyerah? Rasanya di kamus kepala Maya tidak ada istilah tersebut. Life must go on! Tahun 2010, ia dan rekannya pergi ke Bali lagi untuk memperdalam teknis pertanian organik dan pemasaran produknya.
Tahun 2012 seakan berpihak padanya. Setelah perjuangan berliku, pengorbanan yang tidak sedikit, serta kegigihannya yang kuat bak baja, ia dan rekannya mendirikan Twelve’s Organic, bisnis kecil yang berfokus pada pertanian organik. Twelve menandakan tahun 2012, sebagai titik balik semangat dan ambisi mbak Maya menghidupkan pertanian organik.

Melihat potensi pertanian organik di Desa Claket, Kecamatan Pacet, yang amat besar, ia pun yakin potensi SDM tak kalah besarnya. Maka, mbak Maya memberdayakan 25 petani perempuan yang kebanyakan kesibukannya Ibu Rumah Tangga agar punya pengetahuan cakap bertani organik sehingga mampu mandiri dan merdeka menanam bermacam-macam buah dan sayur, lalu memberikan pilihan kepada konsumen, memberikan daftar panen, dan konsumen lah yang memilih jenis sayuran apa yang mau dikonsumsi dari daftar itu. Melalui bimbingannya, petani perempuan di Desa Claket, Kecamatan Pacet, berpotensi menggerakkan perekonomian keluarga masing-masing.

Saya jadi pelanggan tetap produk pertanian organik Twelve’s Organic-nya mbak Maya. Setiap hari Jumát, mereka membawa hasil panennya ke kota Surabaya, tempat domisili saya. Beberapa hari sebelumnya, mereka menginformasikan daftar sayur dan buah apa saja yang mereka panen. Bikin bahagia! Terasa sekali bahwa tujuan mbak Maya berbisnis ini bukan semata mengejar uang, tapi keseimbangan manusia dan alam. Alam sungguh baik, menyediakan sumber pangan yang dibutuhkan manusia. Manusia juga baik, tidak memutus ekosistem demi keuntungan. Mbak Maya telah bergerak dan berkontribusi nyata dalam ekonomi hijau melalui Twelve’s Organic. Hebat!