Ketapanrame; Potret Kemandirian Energi Dari Desa, Sejahtera Berkat Energi Surya

Ada yang menarik dari laporan capaian rasio elektrifikasi semester 1 2022 yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Total rumah tangga di Indonesia yang menikmati listrik diklaim pemerintah sudah mencapai 99,56%. Yang membuat resah, capaian sebagus ini diduga hanya dihitung dari rumah tangga yang mampu menyalakan lampu. Belum sampai ke level menggerakkan ekonomi. Menurut ahli energi di rilis tersebut, idealnya, rasio elektrifikasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh listrik menggenjot perekonomian warga. Bukan hanya penerangan belaka.

Batin saya, “lah bukannya memang adanya listrik memang hanya untuk menerangi rumah atau jalan, ya?” . “Memangnya ada suatu tempat dimana listrik menjadi nafas ekonomi mereka?”

Tapi, saat saya berkunjung ke Wisata Alam Sumbergempong di Desa Ketapanrame, Trawas, Mojokerto, pengetahuan saya tentang kelistrikan mendadak berubah. Saya melihat ada instalasi solar panel di tempat wisata ini! Beruntung sekali, rasa penasaran saya dijawab oleh orang yang tepat, yang sedari tadi melihat saya mengambil banyak foto instalasi solar panel ini. Ternyata beliau adalah Kepala Desa Ketapanrame, H. Zainul Arifin, SE, yang sedang ngmandorin pembangunan sudut Sumbergempong yang lainnya.

Saya diajak naik oleh beliau melihat instalasi solar panel di Wisata Alam Sumbergempong dari atas. Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi.

“Kalau nggak ada panel surya, rasanya kok sulit yah pariwisata lokal seperti Sumbergempong ini bisa hidup. Solanya jarak dengan gardu PLN terdekat saja 600 meter. Kalau tersambung pun, dayanya rendah dan biaya sangat banyak pula”

Kepala Desa Ketapanrame

Beliau mengawali ceritanya membangun desa Ketapanrame dari memikirkan sumber listriknya dahulu. Rumah-rumah warga memang sudah terang. Tapi, perekonomian desa masih rendah karena berkutat di sektor pertanian. Anak-anak mudanya memilih merantau ke kota sebelah (Surabaya dan sekitarnya) karena tidak ada potensi desa yang bisa dimanfaatkan. Hampir saja tidak ada yang bisa beliau lakukan untuk desanya.

Beliau tahu ada teknologi solar panel, dimana dia tidak perlu bergantung pada listrik PLN, hasil dari kedatangan civitas akademika Universitas Surabaya (UBAYA) dalam program Matching Fund 2021. Tak hanya menangkap ide tentang sumber alternatif listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT), beliau juga mendapatkan gambaran bagaimana mengelola potensi alam di desanya menjadi pariwisata lokal yang berkelanjutan.

Instalasi solar panel di Wisata Alam Sumbergempong berkapasitas 3 kilowatt-peak. Sebagai gambaran saja, energi bersih yang dihasilkan dari 1 kilowatt-peak solar panel sama dengan menanam 14 pohon dan mengurangi 9 ton karbon dioksida (CO2) per tahun. Geliat Wisata Alam Sumbergempong berhasil menarik warga asli untuk bersama-sama menghidupkan potensi desa tersebut. Seluruh karyawan di tempat wisata ini adalah warga asli Desa Ketapanrame. Belum lagi, warga pemilik sawah yang mengitari tempat wisata ini juga mendapatkan bagian bagi hasil dari penjualan tiket masuk. Selain mandiri energi, instalasi solar panel terbukti mampu menyejahterakan kehidupan masyarakat desa setempat. Maka tak heran pula, desa Ketapanrame dinobatkan sebagai juara 1 Desa Sejahtera Astra (DSA) tahun 2020 lalu.

Wisata Alam Sumbergempong benar-benar memanfaatkan potensi lokal, yakni area persawahan warga lokal yang disulap menjadi pariwisata berkelanjutan. Sumber Foto: Utomo SolaRUV

Desa Ketapanrame membuka mata saya bahwa kemandirian energi bukan lah isu yang hanya menjadi kepentingan golongan elit semata, namun juga menyangkut kesejahteraan ekonomi masyarakat desa. Bahwa kemandirian energi tidak juga harus menunggu proyek-proyek besar negara, namun juga bisa diinisiasi dari desa. Desa mandiri energi, mandiri ekonomi!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *